IMPETIGO
A.PENGERTIAN
Impetigo adalah
infeksi permukaan kulit, di mana penyakit ini merupakan salah satu bentuk pioderma (infeksi kulit
akibat bakteri Staphylococcus,
Streptococcus, atau keduanya) yang sangat menular.
Impetigo dibagi menjadi 2 jenis, yaitu impetigo yang ditandai dengan keropeng (impetigo krustosa), dan
impetigo yang ditandai dengan benjolan berisi cairan (impetigo bulosa). Sebanyak
70% impetigo adalah bentuk keropeng.
B.GEJALA
Impetigo
Krustosa
Impetigo jenis ini
ditandai dengan keropeng, sebagian besar terdapat pada anak usia 2-5 tahun,
karena sistem imun anak yang belum berkembang sempurna. Impetigo krustosa
merupakan infeksi kulit bakteri yang paling sering dijumpai pada anak, terutama
anak yang tinggal di iklim panas dan lembab.
Gejala timbul 1-3
hari setelah infeksi. Kelainan kulit diawali oleh kemerahan mendatar pada kulit
yang dengan cepat berubah menjadi benjolan seperti jerawat yang berisi cairan
atau nanah berukuran kurang lebih 2 cm. Benjolan kecil ini dapat pecah,
mengeluarkan isi nanah atau cairan, kemudian mengering dan meninggalkan
keropeng tebal berwarna kuning seperti madu. Jika keropeng ini dikelupas,
terdapat luka dangkal yang merah dan basah di bawahnya. Kelainan kulit ini
terutama terdapat di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sebagai
sumber infeksi dari daerah tersebut; dapat juga ditemui di lengan atau tungkai,
namun jarang mengenai telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat beberapa
benjolan seperti ini yang berkumpul di suatu tempat atau bergabung satu sama
lain menjadi besar.
Benjolan ini umumnya
tidak nyeri, namun dapat terasa gatal ringan sesekali. Jika kelainan kulit ini
disentuh atau digaruk oleh penderita, maka kuku-kuku penderita dapat menjadi
pembawa bakteri dan menyebabkan benjolan-benjolan baru di kulit daerah lain
yang disentuh penderita. Kemerahan atau bengkak di
sekitar kelainan kulit jarang ditemui. Gejala demam dan pembesaran kelenjar
getah bening lebih sering ditemui pada tipe krustosa. Jika tidak diobati, dapat
sembuh spontan dalam beberapa minggu tanpa bekas luka.
Komplikasi dari
impetigo krustosa adalah radang pada ginjal yang disebut glomerulonefritis
pasca-streptococcus yang terjadi pada 1-5% penderita. Glomerulonefritis
ini ditandai dengan tekanan darah tinggi,
bengkak pada wajah atau tubuh, dan air seni berwarna merah. Gejala timbul 10 hari
setelah impetigo pertama kali muncul; namun dapat juga timbul 1-5 minggu
kemudian. Pengobatan impetigo dengan antibiotik tidak berpengaruh terhadap
risiko terjadinya glomerulonefritis.
Komplikasi lain yang
jarang namun mungkin terjadi adalah infeksi luas, radang pada tulang atau
sendi, radang otot jantung, radang paru-paru,
radang jaringan kelenjar getah bening, dan radang jaringan lunak kulit.
Impetigo
Bulosa
Impetigo jenis ini ditandai
dengan benjolan berisi cairan, sering ditemui pada bayi baru lahir, namun juga
bisa ditemui pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa benjolan kecil yang
dengan cepat membesar menjadi benjolan besar berisi cairan (bula). Pada
awalanya cairan berwarna jernih, kemudian menjadi keabu-abuan dan akhirnya
menjadi kuning gelap seperti nanah (bula hipopion). Permukaan
benjolan ini datar dan di sekitarnya tidak terdapat kemerahan, umumnya
berukuran kurang dari 3 cm. Benjolan besar ini sangat rapuh sehingga mudah
pecah, mengeluarkan nanah kekuningan dan meninggalkan luka dangkal dengan sisik
di tepinya (collarette).
Impetigo jenis ini
umumnya ditemukan di daerah lipatan kulit, seperti di leher, ketiak, dan lipat
paha. Kelainan kulit dapat menyebar ke daerah kulit lain akibat garukan
penderita. Berbeda dengan impetigo krustosa, pada impetigo bulosa jarang
terdapat kemerahan dan pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, impetigo
jenis ini tidak terlalu menular seperti tipe krustosa dan dapat sembuh dengan
spontan dalam beberapa minggu tanpa bekas. Pada bayi, dapat disertai gejala
umum seperti demam, lemas, dan diare.
C.PENYEBAB
Penyebab impetigo krustosa adalah bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolytic grup A, atau
kombinasi keduanya. Sebagian besar infeksi diawali oleh infeksi Streptococcus, namun
seiring waktu akan digantikan oleh Staphylococcus.
Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus
aureus tipe 71
yang dapat menghasilkan racun. Racun ini dapat menyebabkan benjolan besar
berisi cairan di kulit. Sebanyak 20% dari impetigo bulosa disebabkan oleh
bakteri resisten terhadap antibiotik (methicilin-resistant
S. aureus) yang lebih sulit diobati.
Impetigo ditularkan melalui kontak langsung.
Lebih lanjut penderita dapat menyebarkan infeksi pada tubuhnya sendiri atau
kepada orang lain setelah menggaruk benjolan impetigo di kulit. Infeksi umumnya
menyebar dengan cepat di sekolah dan tempat penitipan anak. Meskipun kontak
langsung merupakan metode penularan yang paling sering, benda-benda juga dapat
menjadi sumber infeksi. Bakteri yang terdapat di udara kering tidak dapat
menginfeksi kulit yang utuh. Faktor risko menderita impetigo antara lain usia
(anak 2-6 tahun), tempat tinggal yang padat, cuaca yang hangat dan lembab,
kegiatan olahraga tertentu yang melibatkan kontak kulit dengan kulit (seperti
sepak bola atau gulat), dan adanya kerusakan kulit.
Infeksi dapat terjadi jika bakteri menyerang
kulit sehat melalui luka atau gigitan serangga. Metode infeksi seperti ini
disebut impetigo primer.
Infeksi juga dapat terjadi jika bakteri menginvasi kulit yang rusak karena
adanya penyakit kulit yang lain, seperti kudis, radang kulit atau penyakit
kulit lain. Oleh karena didahului oleh penyakit kulit lain, maka proses infeksi
ini disebut impetigo
sekunder.
D.PENGOBATAN
Impetigo merupakan
infeksi ringan yang dapat disembuhkan dengan mudah. Impetigo dapat sembuh
dengan sendirinya dalam 2 minggu tanpa bekas luka, namun pemberian obat dapat
membantu mengurangi rasa tidak nyaman, memperbaiki penampilan, dan mencegah
penyebaran bakteri sehingga mencegah komplikasi. Pengobatan impetigo dapat
berupa antibiotik yang dioleskan pada kelainan kulit (antibiotik topikal),
antibiotik tablet, dan cairan pembersih (desinfektan).
Menjaga kebersihan
kulit yang terinfeksi sangat penting. Kulit yang terinfeksi perlu dicuci dengan
air dan sabun, atau ditambahkan cairan desinfektan serperti gentian violet.
Terapi utama pada impetigo adalah antibiotik, umumnya antibiotik yang dioleskan
di luka. Antibiotik topikal memiliki beberapa keuntungan, seperti: dapat
digunakan hanya jika dibutuhkan, tidak mahal, dan rendah efek samping.
Antibiotik topikal yang umumnya digunakan untuk impetigo adalah Mupirocin
atau Asam Fusidat karena efektif dan dapat ditoleransi dengan baik.
Antibiotik ini dioleskan pada kulit yang terinfeksi 3 kali sehari setelah
dibersihkan selama 3-5 hari. Sebelum mengoleskan antibiotik, keropeng dapat
dilepaskan dahulu Efek samping antibiotik jarang ditemui dan umumnya ringan.
Antibiotik tablet diberikan pada penderita yang tidak dapat mentoleransi
antibiotik topikal dan perlu dipertimbangkan untuk penderita dengan kelainan
kulit yang luas atau dengan gejala berat. Antibiotik tablet yang dapat
diberikan antara lain Eritromisin, Amoksilin, dan golongan Sefalosporin
selama 10 hari.
Penderita impetigo
bulosa yang meliputi area kulit luas dapat mengalami kekurangan cairan akibat
pecahnya banyak benjolan-benjolan berisi cairan. Pada penderita seperti ini,
perlu diberikan terapi pengganti cairan melalui infus. Rawat inap untuk
penderita impetigo dengan luka kulit yang sangat luas, anak-anak dengan risiko
penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, dan penderita dengan dehidrasi. Pada
perawatan inap, penderita impetigo perlu diisolasi agar tidak menularkan kepada
orang lain.
Penderita dengan
komplikasi glomerulonefritis perlu dirawat inap jika terdapat bengkak hebat,
air seni yang sangat sedikit, atau tekanan darah yang sangat tinggi. Perawatan
ditujukan mengurangi bengkak, menjaga keseimbangan cairan tubuh dan menurunkan
tekanan darah. Hanya sedikit penderita dengan glomerulonefritis yang memerlukan
rawat inap; sebagian besar penderita rawat inap umumnya diperbolehkan pulang
dalam 2-4 hari.
Cara terbaik mencegah
impetigo adalah menjaga kulit tetap bersih. Obati luka, bekas gigitan serangga,
atau kelainan kulit dengan mencucinya dengan bersih. Jika telah menderita
impetigo, perlu dilakukan langkah pencegahan untuk membatasi penularan kepada
orang lain. Benjolan impetigo harus dicuci dan ditutup dengan penutup tipis,
tidak menggunakan pakaian dan sprei bergantian dengan orang lain, menggunakan
sarung tangan atau mencuci tangan dengan bersih ketika memakaikan salep
antibiotik, memotong kuku, mencuci tangan dengan teratur, dan tetap tinggal di
rumah sampai luka mengering.
SUMBER
Handoko
RP. Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2007.
Cole
C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. Am Fam Physician.
2007 Mar 15; 75(6):859-864.
Lewis
LS. Impetigo dalam Medscape Reference.
No comments:
Post a Comment